Friday, March 23, 2018

Mengenal Lebih Dekat Sulfat Dalam Perspektif Kimia Lingkungan

Pengertian Sulfat
Sulfat adalah salah satu ion dari sekian banyak anion-anion utama yang terdapat di dalam perairan alam. Hal ini menjadi sangat penting dalam persediaan air publik, karena jika kandungan sulfat dalam perairan dalam konsentrasi yang tinggi maka akan menyebabkan gangguan pada manusia yang mengkonsumsinya. (Sawyer, 1978).






Ion sulfat merupakan sejenis anion poliatom dengan rumus empiris SO42- dengan massa molekul 96.06 satuan massa atom. Ion sulfat terdiri dari atom pusat sulfur dikelilingi oleh empat atom oksigen dalam susunan tetrahidron. Terdapat sulfat organik seperti dimetil sulfat yang merupakan senyawa kovalen dengan rumus (CH3O)2SO2, dan merupakan ester asam sulfat (Desi Ratna, 2011). Contoh senyawa sulfat yang umum dikenal adalah H2SO4 (asam sulfat). Asam sulfat sering dijumpai di alam dalam air hujan. Senyawa sulfat juga berasal dari hasil buangan pabrik (limbah) kertas, tekstil yang dalam proses pembuatan atau pewarnaan memakai asam sulfat, dan industri lainnya.

Pada umumnya sulfat sangat larut dalam air kecuali dalam bentuk senyawa kalsium sulfat, stronsium sulfat dan barium sulfat. Barium sulfat sangat berguna dalam analisis gravimetri sulfat, yaitu penambahan barium klorida pada suatu larutan yang mengandung ion sulfat. Dan pada saat itu akan kelihatan endapan putih, yaitu barium sulfat menunjukkan adanya anion sulfat (Desi Ratna, 2011).




Di perairan, sulfur berikatan dengan hidrogen. Beberapa bentuk sulfur di perairan adalah seperti sulfida (S2-), hidrogen sulfida (H2S), besi sulfida (FeS), sulfur dioksida (SO2), sulfit (SO32-), sulfat (SO42-). Apabila di perairan tidak terdapat oksigen, maka dalam proses oksidasi dilakukan oleh bakteri anaerob. Pada kondisi ini, ion sulfat direduksi menjadi ion sulfit (SO32-) yang membentuk kesetimbangan dengan ion hidrogen untuk membentuk hidrogen sulfida (H2S). H2S membentuk keseimbangan dengan ion sulfida (HS-) menjadi H2SO4 secara berlimpah.

Pada perairan alami yang mendapat cukup aerasi biasanya tidak ditemukan H2S karena telah teroksidasi menjadi sulfat. Kadar sulfat pada perairan tawar alami berkisar antara 2–80 mg/l. Di sekitar pembuangan limbah industri, kadar sulfat mencapai 1000 mg/l. (Shinta Indah, 2009).

Sulfat dalam air dapat berada secara ilmiah ataupun dari aktivitas manusia, misalnya dari limbah industri dan limbah laboratorium. Secara ilmiah sulfat biasanya berasal dari pelarutan mineral yang mengandung S, misalnya gips (CaSO4.2H2O) dan kalsium sufat anhidrat (CaSO4). Selain itu deterjen juga memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap keberadaan sulfat di air. Komposisi deterjen yang terpenting adalah surfaktan. Fungsi surfaktan adalah untuk meningkatkan daya pembasahan air sehingga kotoran yang berlemak dapat dibasahi, mengendorkan dan mengangkat kotoran dari kain dan mensuspensikan kotoran yang telah terlepas. Surfaktan yang biasa digunakan dalam deterjen adalah linear alkilbenzene sulfonat, etoksisulfat, alkil sulfat, etoksilat, senyawa amonium kuarterner, imidazolin dan betain. Linear alkilbenzene sulfonat, etoksisulfat, alkil sulfat bila dilarutkan dalam air akan berubah menjadi partikel bermuatan negatif, memiliki daya bersih yang sangat baik, dan biasanya berbusa banyak (biasanya digunakan untuk pencuci kain dan pencuci piring) (Adi, 2010).


Pengaruh Sulfat
Masalah-masalah yang dapat terjadi akibat adanya sulfat dalam air antara lain:
a.       Dapat memberikan bau
Sulfat dalam kondisi anaerob (biasanya dalam air buangan) menghasilkan H2S yang berbau dan bersifat toksik.
b.      Menyebabkan korosi
H2S yang dihasilkan jika berkontak dengan udara (O2) akan menghasilkan asam sulfat yang dapat menyebabkan korosi perpipaan dan pengeroposan saluran limbah air di perkotaan.
c.       Mengganggu Kesehatan
Sulfat bersifat iritasi bagi saluran gastrointertinal bila tercampur dengan magnesium atau natrium. Sedikit saja jumlah MgSO4 sudah dapat menimbulkan diare dan rasa mual.

Tingginya konsentrasi sulfat yang terkandung dalam air umumnya disebabkan oleh leaching alam dari deposito magnesium sulfat (garam Epsum) atau sodium sulfat.  Sulfat menjadi perhatian dan patut dipertimbangkan sebab sulfat bertanggung jawab atas dua permasalahan serius yang sering dihubungkan dengan penanganan air buangan yaitu bau yang ditimbulkan dan sifatnya yang korosif, sebagai hasil pengurangan sulfat ke sulfide hydrogen di bawah kondisi anaerob.
Sulfat bersifat iritan bagi saluran gastro-intestinal, bila dicampur dengan magnesium atau natrium. Jumlah MgSO4 yang tidak terlalu besar sudah dapat menimbulkan diare. Sulfat pada boilers menimbulkan endapan (hard scales) demikian pula pada heat exchanger (Soemirat, 1994).
 

Sulfat juga merupakan suatu senyawa yang berhubungan dengan terjadinya pengeroposan saluran air limbah di kota-kota. Pada saat pipa pembuangan tidak memiliki cukup udara uuntuk aerasi maka sulfat akan tereduksi menjadi sulfida. Ketika level pH air buangan domestik tinggi, kebanyak sulfida akan terkonveksi menjadi hidrogen sulfida. Dan beberapa hidrogen sulfida berada di atmosfer air buangan di dalam pipa. Banyak bakteri yang dapat mengubah hidrogen sulfida menjadi asam sulfat kemudian akhirnya menjadi asam kuat yang mengkorosikan beton pada pipa pembuangan. Proses ini biasanya terjadi pada daerah yang memiliki pembuangan air bersuhu tinggi, panjang dan konsentrasi sulfatnya berasa. Bakteri Thibacillus mampu mengoksidasi sulfida menjadi asam sulfat pada pH dibawah 2 dan merupakan terjadinya permasalahan ini.

H2SO4 merupakan asam kuat yang selanjutnya dapat bereaksi dengan bahan dari pipa yang dipergunakan dan menimbulkan korosi. Terbentuknya H2S menimbulkan masalah bau. Efek laktagit ditimbulkan pada konsentrasi 600 – 1000 mg/l. Apabila SO42- banyak bergabung dengan kation MgO- dan NaO akan membentuk Na2SO4 atau MgSO4 yang dapat menimbulkan rasa mual.

Ketika senyawa sulfur organik didekomposisi oleh bakteri, yang terjadi adalah sulfur dalam bentuk tereduksi (H2S). Beberapa bakteri dapat memproduksi unsur sulfur dari senyawa sulfur. Kelebihan O2 bisa menyebabkan bakteri dapat merubah sulfur tereduksi menjadi sulfur teroksidasi. Meskipun sulfur organik sering kali berada sebagai H2S, tetapi bukan bagi H2S yang biasanya digunakan bakteri Desulfabrio dapat merubah sulfat menjadi H2S. Oksidasi biomassa oleh sulfat dengan media mikroba.

Sulfat dapat ditentukan dengan cara mengendapkannya dengan barium klorida (BaCl2) untuk membentuk endapan barium sulfat (BaSO4). Partikel endapan BaSO4 terlalu kecil untuk disaring sehingga perlu didigesti untuk membentuk kristal yang lebih besar. Proses ini menghasilkan kristal yang sukar larut (Adam, 2011).


Pemeriksaan Sulfat
Cara untuk mendeteksi kandungan sulfat dalam air dapat dilakukan dengan mempergunakan alat spektrofotometer (uji kuantitatif), sedangkan untuk mendeteksi secara cepat (uji kualitatif) cukup dengan mereaksikan sampel air dengan larutan barium klorida 10% pada kondisi pH netral. Reaksi berupa endapan putih menunjukkan sampel air positif mengandung cemaran senyawa sulfat. Cara deteksi lebih cepat lagi dapat dilakukan dengan menggunakan perangkat uji sulfat (uji semi kuantitatif), yaitu berupa Kit-sulfat yang sudah banyak diproduksi secara komersial. Atau dapat pula dilakukan dengan metode:

a.    Gravimetri
Merupakan rekomendasi standar untuk mengukur kandungan sulfat diatas 10 mg/l. Aspek jumlah pada metode ini bergantung pada ion barium yang bereaksi dengan ion sulfat menjadi bentuk barium sulfat yang sulit larut.

b.   Turbidimetri
Metode pengukuran sulfat yang memperhitungkan endapan barium sulfat didalam sampel dalam bentuk koloid. Prinsip kerjanya didasarkan pada perbandingan intensitas cahaya sampel yang diserap dan dibiaskan terhadap intensitas cahaya suspensi baku. Ion sulfat bereaksi dengan barium klorida dalam suasana asam akan membentuk suspense barium sulfat dengan membentuk Kristal barium sulfat yang sama besarnya dengan spektrofotometer dengan panjang gelombang 420 nm.

c.    Automated Methylthymol Blue
Biasanya digunakan saat dibutuhkan berbagai macam analisa pada sulfat. Metode ini memperhitungkan instrument analitis pada setiap penambahan dan pencampuran bahan kimia pada sampel. Warna yang dihasilkan reaksi kimia tersebut yang akan dijadikan ukuran pada proses perhitungan sulfat selanjutnya.


Beberapa cara untuk menurunkan nilai kandungan sulfat pada air adalah dengan menggunakan penambahan zat kimia, atau dengan penggunaan mikroorganisme Desulfovibrio desulfuricans yang dapat mengurangi sulfat dalam keadaan anaerob dan akan membentuk logam sulfida bila atom S berikatan dengan kation dari logam yang bebas di air.

Baku mutu kandungan sulfat dalam air

Menurut P.P No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air, konsentrasi sulfat yang diperbolehkan adalah 400 mg/L.    
Menurut Permenkes No. 907 Tahun 2002 tentang Syarat-Syarat dan Pengawasan Kualitas Air Minum, konsentrasi sulfat yang diperbolehkan adalah 250 mg/L.
 

Aplikasi data sulfatpada bidang teknik lingkungan antara lain:


Kandungan sulfat dalam air merupakan suatu hal yang penting untuk menentukan kesesuaian air tersebut sebelum dapat digunakan. Jumlah sulfat pada air buangan juga merupakan faktor penting dalam menentukan seberapa besar masalah yang akan timbul akibat reduksi sulfat menjadi hydrogen sulfida. Selain itu, dengan mengetahui kandungan sulfat pada lumpur atau limbah, kita dapat menentukan proses yang dibutuhkan untuk pengolahan lebih lanjut, serta seberapa besar unit yang akan digunakan.
Pada proses pengolahan, terutama dalam kondisi anaerob, kandungan sulfat dapat mengurangi pertumbuhan zat-zat methanogen sehingga sangat berguna dalam proses methanogenic. Selain itu, konsentrasi sulfat yang tinggi juga dapat menghalangi biodegradasi alami yang terjadi akibat klorin terlarut.
 
 
 
 
 
 
Share:

Metode Penghilangan Padatan Organik Terlarut

Penghilangan materi padatan terlarut organik dari limbah cair merupakan salah satu tahapan penting dalam pengolahan limbah, kendati tahapan ini merupakan yang tersulit. Materi padatan terlarut organic sulit dihilangkan karena membutuhkan waktu yang lama di proses biologis, dan peralatan yang digunakan mahal. Walupun begitu, proses biologis merupakan proses yang paling efektif dalam menghilangkan materi padatan terlarut organic ini.






Ada beberapa variasi pengolahan biologis, beberapa diantaranya diadaptasi tergantung dari tipe limbah dan kondisi lingkungan seperti suhu dan kondisi tanah. Variasi proses biologis tersebut, antara lain :

Lagooning

Pada awalnya, proses lagooning (pengolaman) dalam kolam oksidasi dapat mengolah limbah menjadi lebih bersih karena menghilangkan zat organik terlarut dengan cara mengendapkan lumpur yang ada serta mengekualisasikan debit aliran limbah. Namun, seiring dengan berkembangnya teknologi lagoon juga berfungsi sebagai stabilisator zat organic dalam limbah yang diolah. Stabilisasi tersbut didukung oleh aktivitas mikroorganisme secara aerob dan anaerob dalam menghilangkan zat organic terlarut.

Activated Sludge Treatment

Pada proses ini pertumbuhan aktif biologis terjadi dan menyerap zat organik dari limbah dan mengubahnya menjadi sistem oksidasi enzimdan menghasilkan produk akhir seperti CO2, H2O, NO3, dan SO4. Waktu kontak dalam sistem lumpur aktif ini dapat diatur dengan mendesain sistem hidrolik dari bak aerasi dan rata-rata waktu kontaknya berkisar antara 6 sampai 24 jam. Proses ini juga memungkinkan terjadinya pembentukan flok dan bisa dijaga dengan meresirkulasi volume spesifik dari lumpur yang mengendap.

Modified Aeration

Tujuan proses ini ialah untuk mensuplai udara secara maksimum untuk lumpur pada kondisi optium.agar dapat mengoksidasi zat organic yang terserap. Waktu aerasi yang dibutuhkan sekitar 2-3 jam.

Dispersed-Growth Aeration

Merupakan proses oksidasi zat organik dengan adanya pertimbuhan flokulen. Pada proses ini dibutuhkan udara yang besar agar pengurangan BOD dapat efektif. Oksidasi biologis yang terjadi pada proses ini dapat ditingkatkan dengan menambah temperatur seperti yang tertera pada gambar 13.6 dan pH sampai 9,5 tidak akan menghambat laju oksidasi.

Contact Stabilization

Proses ini merupakan modifikasi dari proses lumpur aktif dan step-aeration tetapi membutuhkan udara yang lebih sedikit serta ruang untuk instalasinya. Proses ini melibatkan pencampuran limbah dengan aerasi dimana sebelumnya membentuk lumpur aktif dari tank stabilization-oxidation atau aerobic digester untuk waktu 15-20 menit.Lumpur aktif ini kemudian dijernihkan dengan pengendapan sekitar 2 jam disertai proses oksidasi biologis yang intens pada basin stabilization-oxidation dengan waktu aerasi 1-2 jam.

High Rate Aerobic Treatment

Proses ini terdiri dari pemecahan/penumbukan limbah, waktu aerasi yang lama (1-3 hari), pengendapan akhir untuklumpur, dan resirkulasi lumpur yang terendap ke tank aerasi (untuk menjaga kondisi aerob). Proses ini memiliki keuntungan yakkni lumpur yang dihasilkan sedikit tetapi kekurangannya yakni membutuhkan sekitar 3 kali udara yang digunakan pada proses lumpur aktif dan menghasilkan flok pada efluennya.

Trickling Filters

Trickling filter merupakan proses dimana unit biologisnya (medianya) terselimuti oleh pertumbuhan lender dari bakteri pada limbah. Media biologisnya dapat meliputi granit, kapur, bola plastik (seperti bioball). Untuk media batuan, semakin kecil ukuran batuan tersebut maka semakin bagus penjernihannya tetapi bila partikel yang terbentuk ukurannya sangat kecil akan menimbulkan penyumbatan (clogging). Kelebihan dari media plastik ialah ringan, tahan dari reaksi kimia, dan luas permukaan spesifik yang besar.

Spray Irrigation

Proses ini merupakan adaptasi dari metode pengairan untuk pertanian dengan sistem sprinkling-irrigation yang portable dimana limbah dipompa melewati pipa portable menuju self-actuated sprinkler heads.

Wet Combustion

Proses ini merupakan sistem pemompaan organik penuh (organics-laden) limbah cair dan udara ke dalam reactor vessel pada tekanan tinggi (1200 psi). Fraksi organic pada air limbah akan mengalami oksidasi cepat walaupun kondisinya terlarut. Panas dari sumber eksternal diaplikasikan hanya untuk memulai proses selebihnya hanya 12-20% panas yang dibutuhkan untuk menjaga kestabilan proses.

Anaerobic Digestion

Merupakan proses oksidasi organik pada wadah tertutup dimana udara sama sekali tidak ada. Kelebihan proses ini ialah biayanya yang murah namun efisiensi energi yang dihasilkan tidak sebanyak proses aerobic (karena bakteri anaerobik cenderung lama dalam menguraikan zat organik).

Mechanical Aeration System

Kavitasi merupakan tipikal proses untuk areasi mekanis limbah. Pemasangan Cavitator harus dilengkapi unit vertical-draft tube dengan koneksi bukaan ke pipa influen dan protor tipe multiblade, yang dilengkapi dengan bolayang terdorong ke level motor/mesin. Modifikasi terbaru dari proses ini menggunakan pencampuran mekanis dengan rotor tercelup.

Injection well

Injeksi deep well/sumur telah sukses digunakan untuk menghilangkan cairan organik dari bahan kimiawi, farmasi, petrokimia dan kertas.Beberapa prosedur seperti fracturing dan acidizingdigunakan untuk meningkatkan permeabilitas tanah dan mengurangi tekanan injeksi pada debit yang bervariasi.

Foam Phase Separation

Berjalannya proses ini melibatkan pembuatan asumsi-asumsi sebagai berikut: pencampuran lengkap dalam foamer, kedalaman yang cukup untuk mencapai adsorpsi maksimum dari gas-liquid pada permukaan, masa jenis liquid konstan, tidak ada glembung yang pecah ketika fase foam dan volume yang ditiadakan pada lapisan liquid.

Brush Aeration

Proses ini disebut juga extended aeraitin (aerasi selama 24 jam) dan dipasang pada oxidation ditch. Desain dari oxidation ditch mengkombinasikan tank aerasi dan tank penahan ,rotor untuk sirkulasi aerasi limbah yang tercampur dan berotasi ke arah aliran limbah.

Subsurface Disposal

Terdapat tiga metode pembuangan limbahorganik terlarut di bwah tanah yakni injection, penempatan di bawah rongga tanah dan spreading. Spreading merupakan pemecahan limbah cair di tanah untuk meningkatkan infiltrasike dalamnya. Proses ini terbatas untuk volume limbah oragink terkonsentrasi yang kecil.

The Bio-Disc System

Sistem ini terdiri dari sekumpulan cakram pipih dan parallel yang berotasi ketika sebagian limbah yang terolah terendam sebagian. Cakram rotasi memberikan bantuan mekanis untuk populasi mikroba yang tertahan, mekanisme aerasi (mengubah-ubah kecepatan rotasi) dan kontak antara lapisan lendir biologis dengan limbah. 

Collection and Reclamation (Scavenging)

Proses ini melibatkan beberapa teknik yakni filtrasi, insinerasi, netralisasi, distilasi, fiksasi kimiawi, dan pemisahan fisis (seperti centrifuging).

Miscellaneous

Fotolisis meliputi proses dari interaksi fotokatalis dengan radiasi di bawah 42000A yang menghasilkan oksigen aktif yang menghancurkan zat organic dengan oksidasi lengkap dari CO2 dan H2O. Pada sistem pure oxygen treatment, tanki aerasi ditutup sepenuhnya untuk menghasilkan gas-tight enclosure diatas limbah cair yang tercampur dan sistem ini menggunakan blloweruntuk meresirkulasi gas yang ada.
 

Share:

Fenomena Krisis Air Bersih

Saya setuju dengan pernyataan bahwa saat ini dunia memang tengah mengalami berbagai krisis sumber daya alam khususnya air bersih. Hal ini memang bukan hanya sekedar wacana belaka, tetapi sedikit demi sedikit dampak dari krisis air bersih tersebut mulai menjadi kenyataan. Salah satu faktanya adalah seperti yang dijelaskan oleh Kepala Pusat Data, Informasi, dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Dr Sutopo Purwo Nugroho dalam suatu wawancara, dia mengatakan bahwa sebagian besar wilayah di Indonesia memang tengah mengalami deficit air.  Bahkan wilayah Jawa, Bali, dan Nusa tenggara telah mengalami deficit air dari tahun 1995 hingga saat ini. Seringkali masyarakat di berbagai wilayah tersebut harus membeli air bersih dengan harga yang sangat mahal untuk mencukupi kebutuhannya sehari-hari. Fakta akan terjadinya krisis air tersebut tidak hanya terjadi di Indonesia, bahkan negara-negara kaya dengan teknologi canggih sekalipun seperti Australia, Spanyol, Jepang, Inggris, dan Amerika Serikat juga tidak luput dari krisis air bersih.



Berbagai fakta diatas tentunya semakin mempertegas bahwa bumi saat ini memang tidak sedang baik-baik saja. Alasan terkuat yang meyakinkan saya bahwa saat ini dunia memang tengah mengalami krisis air bersih adalah pengalaman pribadi saya sendiri yang merasakan betapa sulitnya memperoleh air bersih beberapa tahun belakangan ini. Dahulu air bersih dapat diperoleh dengan mudah dirumah kapanpun saya butuhkan, sehingga tidak perlu mengeluarkan usaha terlalu berat hanya untuk memperoleh air bersih. Namun kini, hal tersebut sangat mustahil dilakukan jika dirumah tersebut tidak dilengkapi dengan system pompa air. Rumah tanpa pompa air akan sangat sulit untuk memperoleh air bersih. Keran-keran dirumah akan mati dan tidak dapat mengalirkan air seharian penuh. Pukul 9 malam merupakan catatan waktu tercepat keran dalam mengalirkan air setelah seharian penuh mati. Seringkali air akan kembali mengalir normal pada rumah tanpa pompa air tersebut jika waktu telah menunjukkan pukul 12 malam ataupun 2 dini hari, dengan catatan air akan mengalir normal hanya dalam rentang waktu 2 hingga 3 jam dari waktu awal. Kesulitan tersebutlah yang pernah saya rasakan dirumah beberapa tahun belakangan ini.

Jika dijabarkan secara logis berdasarkan data Kementrian Pekerjaan Umum (PU), dijelaskan bahwa Indonesia merupakan salah satu negara yang kaya akan sumber daya air dimana ketersediaan air mencapai 15.500 meter kubik per kapita per tahun, masih jauh di atas ketersediaan air rata-rata di dunia yang hanya 8.000 meter kubik per tahun. Faktanya, menurut laporan Kelompok Kerja Air Minum dan Penyehatan Lingkungan Indonesia, ketersediaan air di pulau Jawa hanya 1.750 meter kubik per kapita per tahun pada tahun 2000, dan akan terus menurun hingga 1.200 meter kubik per kapita per tahun pada tahun 2020. Padahal, standar kecukupan minimal 2.000 meter kubik per kapita per tahun.

Berdasarkan data WHO tahun 2000, diperkirakan terdapat lebih dari 2 milyar manusia per hari yang terkena dampak kekurangan air di lebih dari 40 negara didunia. 1,1 milyar diantaranya tidak mendapatkan air yang memadai dan 2,4 milyar tidak mendapatkan sanitasi yang layak. Sedangkan pada tahun 2050 diprediksikan bahwa 1 dari 4 orang akan terkena dampak dari kekurangan air bersih menurut Gardner-Outlaw and Engelman. Hal tersebut tentunya sangat ironis mengingat air merupakan kebutuhan mendasar bagi keberlangsungan hidup manusia. Manusia mungkin dapat bertahan hidup beberapa hari tanpa makanan, namun tanpa air maka manusia hanya dapat bertahan hidup beberapa jam saja. Kekurangan air bersih akan membawa bencana bagi kehidupan manusia, dimana tidak hanya membangkitkan epidemi penyakit yang merenggut nyawa, tapi juga akan mengakibatkan bencana kelaparan. 

Krisis air yang terjadi di Indonesia dan dunia saat ini bukan serta merta terjadi begitu saja, tentunya terdapat peranan beberapa factor penting yang menyebabkan terjadinya hal tersebut. Beberapa faktor penyebab tersebut berdasarkan hasil analisa saya antara lain :

 Perilaku Manusia

Manusia untuk mencukupi kebutuhannya akan rela melakukan apapun asalkan kebutuhannya tersebut terpenuhi. Masyarakat pada umumnya tidak memahami prinsip perlindungan sumber daya air yang terdapat di ekosistem sekitar. Seperti sumber air baku khususnya sungai, yang difungsikan untuk melakukan berbagai macam kegiatan sehari-hari, termasuk digunakan untuk mandi, cuci dan pembuangan kotoran atau sampah. Sebagian besar masyarakat masih menganggap bahwa air hanya urusan pemerintah atau PDAM saja, sehingga tidak tergerak untuk mengatasi masalah air minum secara bersama. Padahal dalam penggunaannya, air digunakan untuk kepentingan bersama seluruh lapisan masyarakat yang ada dimuka bumi ini.
 
Peningkatan Populasi dan Kebutuhan

Populasi manusia yang terus bertambah setiap waktu, tentunya akan selaras dengan kebutuhan yang diperlukan oleh manusia tersebut untuk tetap bertahan hidup. Salah satunya adalah peningkatan kebutuhan knsumsi air seiring dengan bertambahnya laju populasi penduduk. Disatu sisi kebutuhan akan sumberdaya air akan semakin meningkat pesat dan disisi lain kerusakan dan pencemaran sumberdaya air semakin meningkat juga sebagai implikasi dari proses industrialisasi dan pertumbuhan populasi yang tidak disertai dengan penyebaran yang merata sehingga menyebabkan masih tingginya jumlah orang yang belum terlayani fasilitas air bersih akibat adanya keterbatasan sumber air dalam upaya pemenuhan kebutuhan tersebut,


Selain itu meningkatnya jumlah populasi juga berdampak pada sanitasi yang buruk yang akan berpengaruh besar pada kualitas air. Diperkirakan sekitar 60 rumah di Jakarta memiliki sumur yang berjarak kurang dari 10 meter dari septic tank. Dimana jumlah septic tank di Jakarta diestimasikan mencapai nilai lebih dari satu juta. Melimpahnya jumlah septic tank tersebut dan tentunya akan terus bertambah tanpa ada regulasi yang baik dapat mengakibatkan pencemaran air tanah dan membahayakan jutaan penduduk yang memang sangat membutuhkan hal tersebut.

Penduduk Indonesia yang bisa mengakses air bersih untuk kebutuhan sehari-hari, diestimasikan baru mencapai 20 persen dari total keseluruhan penduduk Indonesia, dengan mayoritas pengguna dikategorikan untuk akses perkotaan. Dengan kata lain, masih ada 80 persen rakyat Indonesia terpaksa mempergunakan air yang tak layak secara kesehatan. Seperti yang dilansir oleh vivanews bahwasannya penduduk di ujung Kota Bitung, provinsi Sulawesi Utara selama bertahun-tahun mulai dari tahun 2000 menampung air hujan sebagai sumber air minum dikarenakan adanya ketebatasan sumber air bersih yang tidak mampu mencukupi kebutuhan masyarakat tersebut. 
 
Menurut LIPI dan Badan Pusat Statistik, diperkirakan pada tahun 2019 jumlah penduduk perkotaan mencapai 150,2 juta jiwa dengan konsumsi per kapita sebesar 125 liter, sehingga kebutuhan air akan mencapai 18,775 miliar liter per hari. Selain itu kebutuhan air untuk industri akan melonjak sebesar 700% pada 2025. Untuk perumahan naik rata-rata 65% dan untuk produksi pangan naik 100%. Kebutuhan yang terus meningkat tersebut jika tidak dibarengi dengan peningkatan usaha dan pola penerapan pembaruan SDA yang memadai, maka akan berujung bencana nantinya. Dimana ketika sumber sudah tidak mampu lagi untuk mencukupi keseluruhan kebutuhan tersebut maka tentunya akan berujung pada bencana besar yang berdampak pada semua aspek kehidupan dibumi.

Menurut data BMKG pada tahun 2000, untuk berbagai keperluan di pulau Jawa diperlukan setidaknya 83,378 miliar meter kubik air bersih. Sedangkan potensi ketersediaan air, baik air tanah maupun air permukaan hanya 30,569 miliar meter kubik. JIka demikian pada tahun 2015 krisis air di pulau Jawa akan jauh lebih parah karena diperkirakan kebutuhan air akan melonjak menjadi 164,671 miliar meter kubik. Sedangkan potensi ketersediaannya cenderung menurun.
 
Kerusakan Lingkungan
Merupakan penyebab lain terjadinya krisis air bersih yang masih berhubungan dengan perilaku manusia. Kerusakan lingkungan yang makin parah salah satunya akibat penggundulan hutan merupakan penyebab utama kekeringan dan kelangkaan air bersih. Kawasan hutan yang selama ini menjadi daerah tangkapan air (catchment area) telah rusak karena penebangan liar. Hal ini menyebabkan laju kerusakan di semua wilayah sumber dan resapan air semakin cepat. Kondisi itu tentunya akan mengancam fungsi dan potensi wilayah sumber air sebagai penyedia air bersih.

Berdasarkan data di Departemen Kehutanan hingga tahun 2000 saja diketahui luas lahan kritis yang mengalami kerusakan parah di seluruh Indonesia mencapai 7.956.611 hektare (ha) untuk kawasan hutan dan 14.591.359 ha lahan di luar kawasan hutan. Sedangkan pada tahun yang sama rehabilitasi atau penanaman kembali yang dilakukan pemerintah hanya mampu menjangkau 12.952 ha kawasan hutan dan 326.973 ha di luar kawasan hutan.
 
Seluruh penjabaran diatas merupakan salah satu bentuk penjelasan terhadap opini yang saya yakini benar adanya. Jika dilihat dari sudut pandang yang berbeda mengenai krisis air tersebut, mungkin akan timbul pemikiran bahwa semua bukti-bukti tersebut diatas memang benar adanya, namun kita sebagai manusia tentunya akan tetap memiliki seribu macam cara ataupun jalan untuk mengatasi seluruh problematika yang ada tersebut. Cara paling sederhana yang dapat dilakukan adalah dengan cara adaptasi, dimana hal tersebut merupakan ciri dasar manusia sebagai makhluk hidup agar ia mampu beradaptasi dengan kondisi lingkungannya. Tapi sekali lagi saya tidak dapat menerima pandangan tersebut. Manusia memang bisa mencari cara untuk mengatasi hal tersebut. Namun, tidak ada jaminan cara tersebut akan memberikan solusi yang lebih baik dalam waktu yang lama. Selain itu, adaptasi pada manusia juga dapat dilakukan dalam batasan tertentu sampai sejauh mana diri manusia tersebut dapat menerima dan menyesuaikan diri dengan keadaan dan kondisi lingkungannya. Jika kondisi lingkungan tersebut semakin parah, maka bukan tidak mungkin upaya adaptasi tersebut menjadi gagal dan makhluk hidup tersebut mau tidak mau terdegradasi dari lingkungannya.
 
Jadi, sebelum lingkungan mendegradasi kehidupan kita dengan seluruh perkiraan akan krisis air dunia dimasa depan tersebut terwujud. Mari kita pikirkan kembali langkah dan sikap apa yang dapat kita lakukan mulai dari diri kita sendiri untuk setidaknya dapat memperlambat hal-hal yang diprediksikan akan terjadi dimasa depan terkait krisis air tersebut.  
 
    
Share:

Hubungan Antara Tingkat Populasi Dengan Ketersediaan Sumber Daya Alam


Semua kebutuhan manusia dipasok dari lingkungan yang merupakan sumber daya alam.Sumber daya alam adalah segala sesuatu yang dapat diperoleh dari lingkungan untuk keperluan manusia. Semakin meningkat jumlah populasi semakin banyak sumber daya alam yang digunakan untuk memenuhi kebutuhan. Contoh: kebutuhan pangan, kebutuhan air bersih, kebutuhan udara bersih dan kebutuhan lainnya. Apabila jumlah populasi meningkat akan timbul berbagai masalah, misalnya kepadatan arus lalu lintas yang mengakibatkan udara terjadi pencemaran, banyak lahan pertanian dijadikan pemukiman penduduk akibatnya terjadi perkampungan yang kumuh, dan akhirnya air bersih ikut menjadi permasalahan. 
 
 
Apabila hal ini dibiarkan maka akan terjadi penurunan kualitas lingkungan yang nantinya juga akan merusak lingkungan. Untuk itu dibutuhkan manusia-manusia yang sadar lingkungan. Beberapa hal yang mempengaruhi populasi manusia, yaitu:

1.      Kelahiran atau natalitas, kepadatan populasi akan bertambah. Angka kelahiran diperoleh menghitung jumlah kelahiran hidup tiap 1000 penduduk per tahun 
2.      Kematian atau mortalitas, kepadatan populasi akan berkurang. Angka kematian diperoleh menghitung jumlah kematian tiap 1000 penduduk per tahun. 
3.      Imigrasi, adanya penduduk yang datang akan menambah kepadatan populasi. 
4.      Emigrasi, adanya penduduk yang pindah atau pergi akan mengurangi kepadatan populasi.
 
Kepadatan penduduk dapat mempengaruhi kualitas penduduknya. Pada daerah yang kepadatannya tinggi, usaha peningkatan kualitas penduduk lebih sulit dilaksanakan. Hal ini menimbulkan permasalahan sosial, ekonomi, keamanan, kesejahteraan, ketersediaan lahan, air bersih, kebutuhan pangan, dan dapat berdampak pada kerusakan lingkungan. Coba perhatikan tingkat pencemaran yang diakibatkan oleh kendaraan bermotor antara daerah pedesaan dengan daerah perkotaan. Tentu tingkat pencemaran udara di kota lebih tinggi. Kepadatan penduduk mempengaruhi beberapa aspek yang berkaitandengan kehidupan penduduk berikut ini.
 
1. Ketersediaan Udara Bersih
Udara bersih merupakan kebutuhan mutlak bagi kelangsungan hidup manusia. Udara bersih banyak mengandung oksigen. Semakin banyak jumlah penduduk berarti semakin banyak oksigen yang diperlukan. Bertambahnya pemukiman, alat transportasi, dan kawasan industri yang menggunakan bahan bakar fosil (minyak bumi, bensin, solar, dan batu bara) mengakibatkan kadar CO2 dan CO di udara semakin tinggi. Berbagai kegiatan industri juga menghasilkan gas-gas pencemar seperti oksida nitrogen (NOx) dan oksida belerang (SOx) di udara. Zat-zat sisa itu dihasilkan akibat dari pembakaran yang tidak sempurna.
 
Jadi dapat dipahami bahwa semakin tinggi kepadatan penduduk, maka kebutuhan oksigen semakin banyak. Oleh karena itu pemerintah kota di setiap wilayah gencar mengkampanyekan penanaman pepohonan. Selain sebagai penyejuk dan keindahan, pepohonan berfungsi sebagai hutan kota untuk menurunkan tingkat pencemaran udara.
 
 
 
 
2. Ketersediaan Pangan
Untuk bertahan hidup, manusia membutuhkan makanan. Dengan bertambahnya jumlah populasi penduduk, maka jumlah makanan yang diperlukan juga semakin banyak. Ketidakseimbangan antara bertambahnya jumlah penduduk dengan bertambahnya produksi pangan sangat mempengaruhi kualitas hidup manusia. Akibatnya penduduk dapat kekurangan gizi atau bahkan kurang pangan. Sebagian besar lahan pertanian di kota digunakan untuk lahan pembangunan pabrik, perumahan, kantor, dan pusat perbelanjaan. Untuk memenuhi kebutuhan pangan masyarakat kota sangat tergantung dengan tersedianya pangan dari desa. Jadi kenaikan jumlah penduduk akan meningkat pula kebutuhan pangan dan lahan.
 
Thomas Robert Maltus seorang sosiolog Inggris, mengemukakan teori yang berjudul Essay on The Principle of PopulationMaltus menyimpulkan bahwa pertambahan penduduk mengikuti deret ukur, sedangkan pertambahan produksi pangan mengikuti deret hitung. Jadi semakin meningkat pertumbuhan penduduk, semakin tinggi pula kebutuhan pangan. Oleh karena itu peningkatan produksi pangan perlu digalakkan. Penduduk yang kekurangan makanan akan menyebabkan gangguan pada fungsi kerja tubuh dan dapat terjangkit penyakit seperti busung lapar, anemia, dan beri-beri.
 
3. Ketersediaan Lahan
Kepadatan penduduk mendorong peningkatan kebutuhan lahan, baik lahan untuk tempat tinggal, sarana penunjang kehidupan, industri, tempat pertanian, dan sebagainya. Untuk mengatasi kekurangan lahan, sering dilakukan dengan memanfaatkan lahan pertanian produktif untuk perumahan dan pembangunan sarana dan prasarana kehidupan. Selain itu pembukaan hutan juga sering dilakukan untuk membangun areal industri, perkebunan, dan pertanian. Meskipun hal ini dapat dianggap sebagai solusi, sesungguhnya kegiatan itu merusak lingkungan hidup yang dapat mengganggu keseimbangan lingkungan. Jadi peluang terjadinya kerusakan lingkungan akan meningkat seiring dengan bertambahnya kepadatan penduduk.
 
4. Ketersediaan Air Bersih
Meskipun 2/3 dari luasan bumi berupa air, namun tidak semua jenis air dapat digunakan secara langsung. Oleh karena itu persediaan air bersih yang terbatas dapat menimbulkan masalah yang cukup serius. Air bersih dibutuhkan oleh berbagai macam industri, untuk memenuhi kebutuhan penduduk, irigasi, ternak, dan sebagainya. Jumlah penduduk yang meningkat juga berarti semakin banyak sampah atau limbah yang dihasilkan.
 
Pembuatan sumur artesis untuk keperluan industri dan kompleks perumahan mengakibatkan sumur-sumur tradisional mengering. Selain itu, kawasan pemukiman padat penduduk sering hanya menyediakan sedikit kawasan terbuka sebagai daerah serapan air hujan. Kawasan yang tertutup rapat oleh aspal dan beton membuat air tidak dapat meresap ke lapisan tanah, sehingga pada waktu hujan air hanya mengalir begitu saja melalui permukaan tanah. Akibatnya cadangan air di dalam tanah semakin lama semakin berkurang sehingga pada musim kemarau sering kekurangan air bersih
 
5. Pencemaran lingkungan
Aktivitas manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sering menimbulkan dampak buruk pada lingkungan. Misalnya untuk memenuhi kebutuhan bahan bangunan dan kertas, maka kayu di hutan ditebang. Untuk memenuhi kebutuhan lahan pertanian, maka hutan dibuka dan rawa/lahan gambut dikeringkan. Untuk memenuhi kebutuhan sandang, didirikan pabrik tekstil. Untuk mempercepat transportasi, diciptakan berbagai jenis kendaraan bermotor. Apabila tidak dilakukan dengan benar, aktivitas seperti contoh tersebut lambat laun dapat menimbulkan pencemaran lingkungan dan kerusakan ekosistem. Misalnya penebangan hutan yang tidak terkendali dapat mengakibatkan berbagai bencana seperti banjir dan tanah longsor, serta dapat melenyapkan kekayaan keanekaragaman hayati di hutan tersebut. Apabila daya dukung lingkungan terbatas, maka pemenuhan kebutuhan penduduk selanjutnya menjadi tidak terjamin.
 
       
Share:

Beberapa Poin Penting Dari Kemenangan Timnas U-23 Indonesia

Satu gol dan dua assist mengukuhkan winger Persib Bandung menjadi man of the match dalam pertandingan persahabatan antara Timnas U-23 Indonesia melawan Timnas U-23 Singapura. Dalam pertandingan yang berlangsung di Stadion Nasional Singapura pada hari Rabu 21 Maret 2018 itu Tim Nasional Indonesia U-23 sukses mempermalukan Tim Nasional Singapura U-23 dengan tiga gol tanpa balas. 


Walau menang di tandang tanpa kemasukan satu gol pun, bukan berarti Tim Nasional Indonesia U-23 tanpa celah apalagi ini adalah salah satu persiapan anak asuhan Luis Milla untuk menyongsong Asian Games yang akan berlangsung dari bulan Agustus 2018. Beberapa masalah yang harus diselesaikan oleh Tim Nasional U-23 menurut saya agar penampilannya bisa semakin asoy, jebret, dan maksimal berkaca dari pertandingan terakhir melawan singapura adalah:

Striker tajam
Hal yang paling penting dan krusial saat ini adalah tidak adanya striker murni yang garang dan haus akan gol. Tidak usah terlalu jauh untuk melihat striker di kompetisi luar negeri kiblat sepak bola macam Harry Keane, Lionel Messi, atau Mauro Icardi. Di liga Indonesia ada satu striker anyar milik Persija Jakarta yang menurut saya bisa diajak brainstorming oleh para punggawa Timnas U-23 dengan kemampuannya, sebut saja dia Marko Simic.

Ketika pertandingan melawan Singapura kemarin, sebenarnya Ezra Walian diplot untuk menjadi penyerang yang diharapkan akan berbuat banyak di pertandingan tersebut. Jika saya lihat, dia diberikan tugas untuk pemantul dan mencari ruang untuk menciptakan peluang. Terlepas dari dua shot on goal yang dia berikan di babak pertama (satu peluang tinggal one on one dengan penjaga gawang singapura yang menurut saya seharusnya bisa 90% dikonversi menjadi gol oleh pemain sekaliber Ezra namun tendanganna masih bisa diantisipasi oleh penjaga gawang Timnas U-23 Singapura; satu peluang lagi dia mendapat umpan lambung dari I Putu Gede dan memilih melakukan sundulan lemah yang dengan mudah dapat diamankan oleh penjaga gawang Singapura).


Memang tidak bisa langsung menyalahkan Ezra Walian dengan hanya berkaca pada satu pertandingan kemarin yang tidak bisa mencetak gol melawan tim yang notabene tidak terlalu kuat (dan Ezra baru bergabung dengan Timnas U-23 Indonesia satu hari sebelum pertandingan di SIngapura). Selain itu saya juga melihat Ezra tidak begitu mendapatkan support dari winger Indonesia, mungkin akan lain cerita ketika pemain Septian David dan Ezra dimainkan bersama di babak pertama. Namun jika kita telisik lebih dalam kiprah Ezra di Timnas U-23 masih baru menorehkan satu gol dalam karirnya, itupun saat gelaran Sea Games waktu lalu. Kenapa saya lebih menyoroti Ezra dibanding dengan striker timnas U-23 lain seperti Ahmad Nur Hadianto, karena jujur ekspektasi terhadap pemain Indonesia jebolan Jong Ajax pasti sangatlah besar dengan segala ilmu yang telah dia dapat dan postur menjulang yang sangat cocok dijadikan sosok striker tajam. Saya masih (dan akan selalu) berharap Ezra akan semakin berkembang dan menjadi striker harapan Indonesia ke depannya.

Beberapa kali memang Luis Milla sempat mencoba menggunakan strategi false nine dengan menggunakan Ilham Udin atau Yabes Roni sebagai penyerang tengah, namun menurut saya juga masih belum maksimal karena baik Ilham maupun Yabes di timnya menempati posisi Winger meskipun di akhir musim liga 1 kemarin Ilham sempat dijadikan second striker yang menduung Spasojevic di Bhayangkara FC.

Statistik berbicara, top skorer Indonesia dibawah asuhan Luis Milla adalah gelandang kreatif asal Mitra Kukar Septian David Maulan dengan delapan gol. Posisi favoritnya adalah posisi nomor sepuluh, walau dia bisa dimainkan di sayap kanan maupun sayap kiri atau gelandang tengah. Pemain yang mempunyai daya jelajah tinggi, tendangan bebas yang cukup baik, dan kreatifitas yang bisa mengcarry permainan Indonesia. Namun beban mencetak gol juga tidak bisa diembankan hanya kepada Septian David seorang. Kembali lagi, Septian David (hanyalah) adalah pemain nomor sepuluh, tugas mencetak gol seharusnya diberikan kepada seorang striker yang sudah semestinya memang mempunyai tugas mencetak gol. Semoga Luis Milla dan kawan-kawan bisa segera mencari solusi untuk masalah ini.


Memaksimalkan Winger
Winger Indonesia sedang dalam masa keemasannya, dalam pertandingan kemarin Febri bisa dikatakan menjadi pembeda yang sejak awal bisa mengancam pertahanan Singapura melalui dribbling dan penetrasinya dari sisi kiri ataupun kanan penyerangan Indonesia. Akhirnya pada menit ke -43 pemain Persib Bandung ini sukses melakukan sepakan jarak jauh dengan kaki kanannya yang berbuah gol. Aksi Febri tidak terhenti sampai di situ, pada menit ke -51 bergerak dari sisi kiri penyerangan Indonesia, Febri berhasil mengecoh pemain Singapura sebelum memberikan passing enak ke kapten kesebelasan dan berbuah gol. Lagi-lagi ada menit ke-64 kegemilangan Febri dengan penetrasinya berhasil memberikan umpan pendek kepada David Septian yang tanpa ampun langsung menghukum Singapura dengan tembakan mendatarnya. Selain Febri, Indonesia masih memiliki Saddil, Osvaldo, Ilham, dan si Rising Star Egy Maulana. Selain itu masiha ada Yabes Roni yang bisa dimainkan juga. Stok yang amat banyak dan karakter yang bervariasi. Permasalahannya adalah terkadang mereka masih kebingungan mau memberikan kombinasi ke siapa sehingga lebih memilih untuk penetrasi dan memberikan crossing yang kurang akurat. Dengan eksplosivitas dan daya jelajah tinggi, akan lebih baik jika para winger ini melakukan umpan pendek kombinasi, melakukan penetrasi, dan memberikan umpan yang baik kepada target man atau melakukan finishing sendiri.
 

Gelandang Bertahan
Dalam pertandingan kemarin menggunakan pola 1-4-2-3-1, Luis Milla mempercayakan dua gelandang bertahan kepada jebolan Timnas U-19 asuhan Indra Sjafri, M. Hargianto (yang juga dipercaya sebagai kapten kesebelasan) dan Zulfiandi (yang kembali bersinar bersama Sriwijaya FC).  Masalah koordinasi dan chemistry harusnya sudah tidak perlu diragukan lagi untuk dua pemain ini, namun di pertandingan kemarin masih terlihat celah dengan adanya beberapa serangan yang masuk lewat sisi sayap pemain Singapura. Sebenarnya di bangku cadangan Indonesia masih mempunya Hanif Sjahbandi yang secara permainan semakin matang bersama Arema, namun pada babak kedua saat dia masukpun penampilannya tidak begitu impresif. Di bangku cadangan juga masih ada Sjahrial Abimanyu jebolan timnas U-19 yang cukup baik bermain bersama Sriwijaya FC di gelaran Piala Presiden lalu. Jika memang perlu dimainkan, menurut saya Abimanyu perlu dimainkan agar dia juga bisa merasakan atmosfer yang berbeda dari level timnas dengan usia yang berbeda. Dan kembali lagi fungsi gelandang bertahan adalah menahan serang dari tim lawan agar meringkankan beban dari pemain bertahan dan penjaga gawang.


Koordinasi Lini Belakang
Ini adalah masalah klasik yang sampai sekarang masih belum bisa dipecahkan oleh Timnas Indonesia dari level junior hingga senior. Di pertandingan kemarin melawan Singapura, sempat beberapa kali terjadi miss koordinasi antara Awan Setho, ataupun Andy Setyo dan Ricky Fajrin untuk menahan gempuran dari Singapura. Untungnya kualitas dan penyelesaian akhir yang buruk dari Singapura membuat Indonesia terhindar dari kebobolan alias nirbobol. Secara pribadi, saya lebih suka duet antara Hansamu Yama dan Bagas Adi/Ricky Fajrin dibandingkan dengan Andy Setyo yang menjadi starter. Namun absennya Hansamu yang cidera dan dua tipikal bek yang kurang tinggi menjulang (Bagas dan Ricky) membuat Luis Milla menjadikan Andi Setyo yang bertubuh lebih jangkung pilihan utama di pertandingan kemarin. Di bangku cadangan masih ada mantan kapten timnas U-19 bernama Rachmat Irianto yang bermain cukup baik berduet dengan Octavia Dutra di Persebaya. Untuk bek sayap menurut saya, bek kanan dan kiri yang Indonesia miliki sekarang adalah yang terbaik. Di bek kanan ada Putu Gede dan Gavin Kwan yang sama-sama baiknya, tinggal Luis Milla ingin menerapkan strategi apa, jika ingin lebih bertahan Putu Gede pilihannya dan jika ingin lebih menyerang Gavin adalah opsi terbaik. Di bek kiri ada Rezaldi (yang perkembangannya amat pesat) dan Ricky Fajrin pemain yang bisa dimainkan diposisi bek kiri maupun bek tengah. Walau di bek kiri dan bek kanan kemarin beberapa ada error namun menurut saya bermainnya cukup konsisten. Di penjaga gawang sebenarnya timnas U-23 juga dihuni oleh pemain yang sama baiknya, mulai dari Awan Setho, Satria Tama, maupun Kartika Ajie adalah penjaga gawang masa depan Indonesia. Luis milla tidak akan pusing memilih mereka siapa yang akan dijadikan starter, tinggal mana yang lebih fit dan siap untuk dimainkan. Awan Setho lebih dipilih di pertandingan kemarin adalah karena permainannya yang cukup konsisten selama di liga 1 bersama Bhayangkara FC dan pertandingan terakhir Bhayangkara FC melawan FC Tokyo walaupun kalah dengan skor 2-4 namun performa Awan amat baik di bawah mistar. Indonesia kadang juga sering kebobolan dengan bola-bola lambung atau setpiece. Ini juga harus dijadikan perhatian khusus coach Luis Milla.


Gelandang kreatif pengumpan
Dengan ball possession hingga 64% bukan berarti kita bisa melihat timnas Indonesia U-23 yang seperti biasanya dengan poros serangan melalui Evan Dimas yang kemarin tidak dimainkan dengan alasan cidera. Pertandingan kemarin bola lebih banyak dipegang oleh sayap dari Indonesia, mulai Rezaldi, Putu Gede, Osvaldo, Febri, hingga Saddil Ramdhani. Harusnya melawan tim yang kualitas individu dan permainannya ada di bawah kita, Indonesia bisa memegang kendali permainan lewat gelandang tengahnya. Masih ketergantungan dengan Evan Dimas dan Septian David adalah problem sendiri yang harus dihadapi oleh Timnas U-23 mengenai kreatifitas dan umpan yang memanjakan striker dan winger Indonesia. Hargianto menurut saya belum bisa bermain sebaik ketika bermain di level timnas U-19 dengan umpan-umpan yang brilian. Di Persija tahun lalu memang dia lebih difokuskan ke gelandang bertahan dibandingkan dengan gelandang yang mengkreasikan serangan. Terlepas dari satu gol yang sangat ciamik kemarin, Hargianto masih cukup sering melakukan salah passing. Peran gelandang kreatif mungkin bisa diemban ke Abimanyu, namun dengan usia yang masih muda , dia juga butuh banyak pengalaman untuk mencapai ke level permainan Timnas dengan usia yang berbeda dengan sebelumnya.
 


Bagi saya yang termasuk penggemar sepak bola Indonesia dengan segala carut-marut dan keterbatasannya, saya akan tetap mendukung Tim Nasional Indonesia entah menang atau kalah.
      
Share: